PEMODELAN GENANGAN BANJIR AKIBAT CURAH HUJAN TERTINGGI DAN PASANG SURUT MAKSIMUM Studi Kasus: Kota Banjarmasin
Keywords:
curah hujan, DEMNAS, pasang surut, pemodelan 2D genangan banjir, visualisasi 3DAbstract
Tahap awal pengurangan risiko banir dapat dilakukan dengan pemodelan genangan banjir. Tujuan studi ini untuk menentukan sebaran genangan banjir di Kota Banjarmasin dan jumlah bangunan terindikasi terdampak. Data yang digunakan yaitu data curah hujan tertinggi, tinggi maksimum pasang surut dan DEMNAS. Pemodelan 2D menggunakan tiga skenario (debit maksimum, debit-pasang maksimum dan pasang maksimum) pada HEC-RAS. Analisis sebaran wilayah dan jumlah bangunan menggunakan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan visualisasi 3D. Visualisasi 3D dilakukan dengan menampalkan genangan dengan model bangunan 3D. Hasil studi menunjukkan tinggi genangan banjir antara 0,057 m s.d. 1,287 m. Hasil ini diperoleh dari tinggi maksimum pada tiga skenario berbeda. Dampaknya sebesar 60% wilayah Kota Banjarmasin tergenang banjir. Sejumlah 122.234 bangunan atau 73% bangunan terindikasi terdampak genangan banjir. Saat tinggi genangan maksimum, seluruh kecamatan di Banjarmasin tergenang banjir. Saat debit maksimum, terindikasi tiga kecamatan yang mengalami genangan banjir. Ketiganya yaitu Kecamatan Banjarmasin Utara, Banjarmasin Timur dan Banjarmasin Tengah. Faktor dominan timbulnya genangan banjir di Banjarmasin adalah pasang surut Sungai Martapura, layaknya wilayah pesisir lainnya.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.